TBM-D. Pembatas buku salah satu ornamen yang sering kita temui dalam buku baru yang kita beli. Bahan kertas tebal yang dicetak senada dengan sampul (cover) buku merupakan bentuk umum yang kita temui. Tujuan pembatas untuk mengetahui halaman terakhir yang telah kita baca selain sebagai bahan promosi buku.
Selain mendapat pembatas buku dari buku yang kita beli, pembatas buku dapat dibuat dengan menggunakan bahan sederhana yang mudah kita dapatkan di sekitar kita. Pembatas yang dibuat sendiri memiliki nilai tambah dibanding yang umum dicetak bersama buku. Pembatas yang kita buat apalagi dengan buatan tangan (hand made) akan lebih unik, jumlahnya yang terbatas hingga tidak umum dan pasaran, dapat diusahakan lebih ramah lingkungan, serta yang lebih penting dapat meningkatkan kreatifitas kita.
Dengan sentuhan kreatifitas benda-benda yang telah dipakai dapat didaur ulang sebagai pembatas buku seperti kain perca, kertas foto, prangko, koin lama, dll.
Demikian halnya daun, biji, kulit pohon, bunga, serta bagian-bagian lain tanaman yang selalu terbuang jika telah jatuh dapat kita kreasi menjadi pebatas buku yang unik karena tidak lazim.
Siang tadi 05 Ramadhan 1439 H bertepatan 21 Mei 2018, saat saya dan Kelas Komunitas Rumah Hijau Denassa (RHD) sedang istirahat dari pengambilan gambar film dokumenter yang diproduksi mahasiswa jurusan Televisi dan Film, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Makassar. Kami memanfaatkan waktu dengan mengajak Kelas Komunitas membuat pembatas buku dari daun bambu di teras RHD.
Daun bambu yang digunakan yang melekat pada batang berwarna coklat, daun ini akan kita temukan disetiap bambu muda yang baru berkembang. Tipikal daun yang tebal dapat kita kreasikan menjadi berbagai produk unik termasuk pembatas buku.
Bahan dan alat yang dibutuhkan sangat sederhana dan muda kita dapatkan yakni daun bambu yang dalam bahasa Makassar dikenal dengan nama kanrope, lap, gunting, alat tulis, dan meja.
Lap dibutuhkan untuk mebersihkan dan menghilangkan daun bambu yang memiliki bulu berwarna coklat lebih tua dari warna daun yang mengakibatkan gatal jika melekat kulit kita. Alat lain gunting untuk memotong daun, alat tulis untuk menulisinya.
Siang menjelang sore tadi kami menggunting daun bambu lalu menulisinya dengan kata-kata mutiara tentang membaca dan pendidikan. Kami juga menulisi pesan dalam bahasa lontara, berisi kata-kata bijak dalam bahasa Makassar.
Sangat sederhana, tapi hampir semua, kecuali saya tentunya hehee, yang terlibat sore itu belum pernah melakukan kreasi ini. Ya, pesannya sederhana berkreasi itu sederhana, yang penting kita telah memiliki idenya, modal selanjutnya kemauan dan kejelian menemukan potensi disekitar kita. Selamat berkreasi. Darmawan Denassa
TBM-D. Membuat Pembatas Buku dari Daun Bambu di Teras Rumah Hijau Denassa (RHD) bersama Kelas Komunitas |
Selain mendapat pembatas buku dari buku yang kita beli, pembatas buku dapat dibuat dengan menggunakan bahan sederhana yang mudah kita dapatkan di sekitar kita. Pembatas yang dibuat sendiri memiliki nilai tambah dibanding yang umum dicetak bersama buku. Pembatas yang kita buat apalagi dengan buatan tangan (hand made) akan lebih unik, jumlahnya yang terbatas hingga tidak umum dan pasaran, dapat diusahakan lebih ramah lingkungan, serta yang lebih penting dapat meningkatkan kreatifitas kita.
Dengan sentuhan kreatifitas benda-benda yang telah dipakai dapat didaur ulang sebagai pembatas buku seperti kain perca, kertas foto, prangko, koin lama, dll.
Demikian halnya daun, biji, kulit pohon, bunga, serta bagian-bagian lain tanaman yang selalu terbuang jika telah jatuh dapat kita kreasi menjadi pebatas buku yang unik karena tidak lazim.
Siang tadi 05 Ramadhan 1439 H bertepatan 21 Mei 2018, saat saya dan Kelas Komunitas Rumah Hijau Denassa (RHD) sedang istirahat dari pengambilan gambar film dokumenter yang diproduksi mahasiswa jurusan Televisi dan Film, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Makassar. Kami memanfaatkan waktu dengan mengajak Kelas Komunitas membuat pembatas buku dari daun bambu di teras RHD.
Daun bambu yang digunakan yang melekat pada batang berwarna coklat, daun ini akan kita temukan disetiap bambu muda yang baru berkembang. Tipikal daun yang tebal dapat kita kreasikan menjadi berbagai produk unik termasuk pembatas buku.
Bahan dan alat yang dibutuhkan sangat sederhana dan muda kita dapatkan yakni daun bambu yang dalam bahasa Makassar dikenal dengan nama kanrope, lap, gunting, alat tulis, dan meja.
Lap dibutuhkan untuk mebersihkan dan menghilangkan daun bambu yang memiliki bulu berwarna coklat lebih tua dari warna daun yang mengakibatkan gatal jika melekat kulit kita. Alat lain gunting untuk memotong daun, alat tulis untuk menulisinya.
TBM-D. Beberapa Pembatas Buku Karya Peserta Didik Kelas Komunitas Rumah Hijau Denassa (RHD) |
Sangat sederhana, tapi hampir semua, kecuali saya tentunya hehee, yang terlibat sore itu belum pernah melakukan kreasi ini. Ya, pesannya sederhana berkreasi itu sederhana, yang penting kita telah memiliki idenya, modal selanjutnya kemauan dan kejelian menemukan potensi disekitar kita. Selamat berkreasi. Darmawan Denassa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar